Film Remaja My Generation, Benarkah ini Potret Remaja Era Millenial?

Film My Generation
Film My Generation

Film Remaja My Generation, Benarkah ini Potret Remaja Era Millenial?

Kayaknya nggak usah diomongin lagi, semua orang juga tahu kalau masa remaja adalah masa-masa dimana sering terjadi pemberontakan, susah nurut sama orang tua, juga masa pembuktian serta pencarian jati diri bagi yang bersangkutan. Belum lagi kalau komunikasi antara orang tua dan anak nggak nyambung, maka akan sering terjadi kesalahpahaman. Berujung pada ketidakpercayaan orangtua pada anak dan sebaliknya, juga pemberontakan sang anak pada orangtuanya. Supaya pendapat mereka didengar. Supaya mereka diperhatikan.

So, kalau kita lihat dari sudut pandang masing-masing kiranya begini. Nggak ada orangtua yang mau menjerumuskan anaknya. Semua ortu pasti menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Dan karena orangtua sudah hidup lebih dulu, pastinya sudah mengalami banyak hal baik, maupun buruk. Hal buruk yang dialaminya inilah yang nggak ingin terulang lagi pada anaknya. Sehingga ortu cenderung melarang ini melarang itu.

Sedangkan dari sudut pandang sang anak, rasa penasarannya beda. Karena ia belum pernah mencobanya, maka ia tidak tahu apakah hal ini baik atau buruk baginya. Sehingga larangan yang diberikan orangtuanya seringkali tak diindahkan karena dinilai menghambat kreatifitas mereka. Malah jadinya seolah orangtua dinilai kolot, atau istilah sekarang adalah parents jaman old.

Kalau mau dirunut, parents jaman old sama jaman now ya perasaannya sama. Ingin yang terbaik untuk buah hatinya. Hanya saja caranya berbeda. Penyampaiannya berbeda. Nggak bisa juga kita overgeneralization kalau orangtua jaman old itu kolot, lalu orangtua jaman now itu modern. Ada kok orangtua jaman old yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan putra-putrinya sehingga terjalin hubungan baik antara orangtua dan anak. Ada pula orangtua jaman now yang hanya bisa melarang ini itu, tanpa memberikan penjelasan kenapa ini itu dilarang. Karena berbeda dengan remaja jaman dulu yang ketika dilarang orangtua langsung manut, remaja jaman sekarang lebih kritis. Jika dilarang tanpa alasan yang jelas, pastinya mereka akan protes. Lalu menyangka orangtua mereka kuno.

Kurang lebih, fenomena inilah yang membuat Upi, Sutradara dan juga penulis skenario yang telah menelurkan film berkualitas seperti Radit dan Jani, 30 hari mencari cinta, juga My Stupid Boss membuat film My Generation. Menurut Upi, ia membutuhkan waktu 2 tahun untuk stalking medsos remaja jaman now. Bagaimana mereka berinteraksi, apa saja permasalahan yang kerap kali terjadi, juga bagaimana hubungan mereka dengan orang tua, teman, juga guru mereka.

Berbeda dari film sebelumnya, di film My Generation Upi menggandeng 4 pemain baru. Alasannya adalah untuk regenerasi, juga untuk menampilkan wajah baru dan membawa angin segar di kancah perfilman Indonesia. Yuk kita kenalan dulu dengan karakter masing-masing pemerannya.

Suki (Lutesha)
Suki (Lutesha)

Suki (Lutesha) adalah seorang perempuan paling cool diantara teman-temannya. Selayaknya anak muda pada umumnya, Suki memiliki krisis kepercayaan diri yang berusaha ia sembunyikan. Namun demikian, krisis kepercayaan dirinya ini semakin besar seiring dengan sikap orangtuanya yang selalu berpikir negatif padanya.

Orly (Alexandra Kosasie)
Orly (Alexandra Kosasie)

Orly (Alexandra Kosasie), seorang perempuan yang kritis, pintar, dan berprinsip. Ia sedang dalam masa pemberontakan akan kesetaraan gender dan hal-hal lain yang “melabeli” kaum perempuan. Salah satunya keperawanan. Orly berusaha mendobrak dan menghancurkan label-label negatif yang diberikan kepada perempuan. Diluar itu, Orly bermasalah dengan ibunya yang single parent, yang sedang berpacaran dengan pria yang jauh lebih muda. Bagi Orly, gaya hidup sang ibu tidak sesuai dengan umurnya.

Konji (Arya Vasco)
Konji (Arya Vasco)

Konji (Arya Vasco), Pemuda polos dan naive, tengah mengalami dilema dengan masa pubertasnya. Ia merasa ditekan oleh aturan orang tuanya yang sangat kolot dan overprotective. Hingga ada satu peristiwa yang membuatnya shock. Hal itu membuat kepercayan pada orangtuanya hilang, dan konji balik mempertanyakan moralitas orangtuanya yang sangat kontradiktif dengan semua peraturan yang merekka tuntut terhadap Konji.

Zeke (Bryan Langelo)
Zeke (Bryan Langelo)

Zeke (Bryan Langelo), Pemuda rebellious tapi juga easy going dan sangat loyal pada sahabat-sahabatnya, ternyata memendam masalah yang sangat besar dan menyimpan luka yang dalam di hatinya. Zeke merasa kedua orang tuanya tidak mencintainya dan tidak menginginkan keberadaannya sebagai seorang anak, sejak kecelakaan yang menimpa adiknya. Untuk menyembuhkan luka yang dipendamnya, Zeke harus berani mengkonfrontasi orangtuanya, dan membuka pintu komunikasi yang selama ini terputus diantara mereka.

Film My Generation bercerita tentang persahabatan 4 anak SMA. Zeke, Konji, Suki, dan Orly. Film diawali dengan gagalnya mereka pergi liburan karena video buatan mereka yang memprotes guru, sekolah, dan orangtua menjadi viral di sekolah mereka. Hingga akhirnya mereka dihukum tidak boleh pergi liburan. Namun mereka tidak membiarkan orang-orang yang sudah menghukum mereka puas. Liburan sekolah yang terkesan tidak istimewa, akhirnya justru membawa mereka pada kejadian-kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan mereka.

Kurang lebih, problematika remaja itu mirip-mirip. Saya sendiri sering mendapatkan curhat dari para mahasiswa setelah kelas saya usai. Mereka tertekan karena pada saat pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi, mereka diharuskan menurut pada jurusan pilihan orangtuanya. Padahal sesungguhnya passion dan hati mereka tidak disitu. Ujungnya, mereka tak bisa maksimal dalam mengikuti mata kuliah. Mereka nggak ngerti kenapa harus melakukan hal yang tidak mereka sukai, sementara ada hal yang sangat mereka sukai tapi tidak diakomodir sama sekali? Jangankan diakomodir. Didengar pun tidak. Orangtua mereka ingin anaknya seperti mereka nantinya. Padahal kan anak punya jalan sendiri. Punya mimpi yang hendak diukirnya sendiri. Dan akan menjalankan kehidupannya sendiri nantinya. Orangtua semestinya mengarahkan. Menjelaskan. Juga mendengarkan. Supaya tercipta frekuensi yang sama dengan putra putrinya.

Setelah melihat trailer Film My Generation, jujur saya sebagai seorang pengajar agak mengernyitkan dahi melihat tingkah laku anak-anak ini. Gaya hidup dan pergaulan yang terlalu bebas antara laki-laki dan perempuan, juga gaya protes mereka yang jauh dari kesantunan. Bahkan ada pula tindakan mereka yang menjurus pada tindak kriminal. Seperti mencorat-coret mobil milik orang lain.

Kontradiktifnya, di satu sisi mereka menyalahkan orangtua yang menuntut mereka dan mengukur segalanya dari materi, dari uang. Tapi di sisi lain, kok mereka dengan mudahnya menghamburkan uang orangtua dengan clubbing, juga pergi ke tempat-tempat yang “nggak murah.”

Saya berpendapat begini karena memang belum nonton filmnya secara keseluruhan, baru sekedar melihat trailernya. I still judged the book from the cover. Oleh karenanya saya penasaran, pesan apa yang hendak disampaikan Sutradara Upi kali ini. Nggak mungkin dong sutradara sekelas Upi hanya menunjukkan gaya hidup remaja milenial yang kesannya Amrik banget. Pasti ada pelajaran yang bisa dipetik. Pertama untuk orangtua, supaya bisa lebih mendengar suara hati anaknya. Kedua, dari sisi remaja itu sendiri. Setiap remaja pasti punya pendapat, karena mereka juga manusia yang beranjak dewasa. Mereka ingin didengarkan maunya. Kalaupun mau mereka nggak sesuai dengan kemauan orangtua, setidaknya dengan komunikasi nantinya akan tercipta jalan tengahnya. Tapi tidak dengan jalan menyulitkan, membuat kekacauan, dan mengganggu orang lain. Karena jika melakukan itu semua, remaja harus berani bertanggungjawab atas perbuatannya.

Jadi nggak sabar ingin nonton film My Generation seutuhnya dan ingin tahu pesan moral apa yang hendak disampaikan di dalamnya. Kabarnya, film ini akan dirilis di bioskop mulai tanggal 9 November 2017 nanti. Saya sendiri mungkin akan mengajak adik dan sepupu saya yang masih remaja untuk nonton film ini. What they think about this film?

Baca juga tulisan saya sebelumnya :

Pubertas Masa Remaja Generasi Milenial

Curahan Hati Kids Jaman Now

4 comments

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.