Review Keraton Kasepuhan Cirebon

Setelah di postingan sebelumnya saya ngeshare itinerary wisata keliling Cirebon, maka sekarang saya ingin sedikit “mereview” tempat-tempat yang saya kunjungi di Kota Cirebon. Lagi-lagi, this is based on my opinion ya. Berdasarkan apa yang saya lihat dan saya rasakan waktu saya berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon.

Kesan Pertama:

Semrawut.

Sorry to say, tapi itulah yang saya lihat. Gerbang Keraton nyaris tertutup rapat oleh jajaran pedagang kaki lima. Sayang sekali. Pengunjung jadi sulit melihat megahnya “gerbang asli” Keraton Kasepuhan Cirebon, yang merupakan keraton tertua di kota ini. Biaya tiket masuk untuk wisatawan domestik Rp20.000/orang. Biasanya, kita akan dipandu oleh pemandu keraton yang berpakaian tradisional. Untuk itu kita akan dikenakan biaya tambahan. Tapi karena hari itu penuh, maka kami “nebeng” ke rombongan lain 😀

Well, ini dia penampakan pintu masuknya.

Gerbang Masuk Keraton Kasepuhan Cirebon
Gerbang Masuk Keraton Kasepuhan Cirebon dan pemandu yang mengenakan pakaian tradisional

Kami berjalan sambil melayangkan pandangan ke sekeliling. Terlihat bangunan khas Keraton Kasepuhan Cirebon yang berupa bata merah bertumpuk (saya nggak ngerti bahasa arsitekturnya apa) yang menyerupai bangunan-bangunan gerbang di Bali.

Gerbang Khas Keraton Kasepuhan Cirebon
Gerbang Khas Keraton Kasepuhan Cirebon

Suasana keraton ramai siang itu. Banyak rombongan yang datang untuk melihat keraton yang dibangun oleh cicit dari Sunan Gunung Jati ini. Berbeda dengan kondisi di luar keraton, bagian dalam keraton cukup bersih dan terawat. Kita dapat melihat bangunan-bangunan kuno khas keraton kerajaan Jawa masih berdiri megah dan cantik sekali. Satu yang menjadi ikon khas keraton ini adalah patung singa yang berlatar belakang bangunan utama keraton.

Ikon Khas Keraton Kasepuhan Cirebon
Ikon Khas Keraton Kasepuhan Cirebon
Gerbang Masuk Jinem Arum
Gerbang Masuk Jinem Arum

Selain pendopo utama, ada bangunan yang disebut “Jinem Arum” mirip nama saya ya hehe…Setelah mencari asal-usulnya di web yang membahas sejarah keraton ini, saya baru tahu arti Jinem Arum. “Jinem” sendiri artinya tempat, sedangkan “Arum” diambil dari kata Harum. Dulu, bangunan ini berfungsi sebagai ruang tunggu keluarga sultan. Jaman itu, jika putra sultan ingin bertemu dengan ayahnya, putra tersebut harus melapor. Saat menunggu keputusan, maka sang putra sultan akan menunggu di ruangan yang dinamakan Jinem Arum. Kalau sekarang, pas banget kan buat saya selfie 😀

My name is...
My name is…

Bangunan lain yang cukup menarik adalah Museum Benda Kuno. Museum ini menyimpan benda-benda peninggalan sejak jaman Sunan Gunung Jati. Ada alat musik seperti gamelan, kendang, dll. Juga ada keramik-keramik kuno, alat makan dan minum, senjata, juga alat perang lainnya. Satu yang menarik di museum ini adalah lukisan Prabu Siliwangi bersama macan. Jika kita menatap lukisan ini, maka seolah kita ditatap balik oleh Sang Prabu.

Museum Benda Kuno Keraton Kasepuhan Cirebon
Museum Benda Kuno Keraton Kasepuhan Cirebon
Lukisan Prabu Siliwangi
Lukisan Prabu Siliwangi
Memasuki Sumur Agung
Memasuki Kawasan Sumur Agung

Selanjutnya, kami menuju Sumur Agung. Sumur yang konon airnya bisa membuat peminumnya dilimpahkan berkah dan segala permohonannya dikabulkan (kalau yang ini saya nggak bisa mempercayainya, karena agama tidak mengizinkan). Untuk mendapatkan air ini, anda bisa masuk ke kawasan Sumur Agung dan membayar sekitar Rp10.000-Rp30.000/botolnya. Tergantung ukuran botol (banyaknya sih ukuran botol Aq..a. #nggakngiklan

Gerbang Masuk Sumur Agung
Gerbang Masuk Sumur Agung dan Penjaganya yang meminta sumbangan sukarela

Daerah ini sepertinya menyatu dengan rumah penduduk, atau keluarga kerajaan mungkin ya. Tapi jadi aneh rasanya. Motor berseliweran, juga sampah terserak dan dibiarkan begitu saja di pendopo yang cantik. Sayang sekali. Disini saya nggak merasakan sama sekali keanggunan dan kegagahan keraton, yang saya temukan di beberapa keraton lain yang sudah pernah saya kunjungi sebelumnya. Terus satu hal lagi yang aneh, pengunjung kan sudah dikenakan biaya masuk, tapi di setiap spot atau bangunan keraton, selalu ada orang yang meminta sumbangan sukarela. Maaf, soal ini saya gagal paham 😀

Pendopo di Kawasan Sumur Agung
Pendopo di Kawasan Sumur Agung

Anyway, terlepas dari itu semua, kami cukup terhibur saat berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Selain bisa melihat peninggalan sejarah sejak ratusan tahun lalu, kita juga bisa melihat gambaran bagaimana keluarga kesultanan islam ini hidup di masa lampau. Buat anda yang berkunjung ke Cirebon, nggak ada salahnya anda mengunjungi tempat ini. Letaknya yang berada di pusat kota memudahkan anda untuk menjangkaunya dengan beragam pilihan transportasi.

2 comments

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.