Penjelasan sederhana mengapa muslim berpuasa buat rekan non muslim (Bagian dua)

Tulisan ini menyambung dari tulisan sebelumnya yang saya share disini

Kalau di tulisan tersebut masih dalam kerangka membuka logika, kali ini, saya akan mencoba menjelaskan berdasarkan landasan ilmiah. Referensinya saya tulis di bagian paling bawah tulisan nanti, supaya teman-teman bisa merujuk langsung kesana.

Bismillahirrahmannirahim,

Pertama-tama, saya akan mencoba reminder buat saudaraku sesama muslim, sekaligus kasih introduction kepada rekan non muslim mengapa kami rela berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Jawabnya satu. Perintah Allah sebagaimana tertulis dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 183.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).

Ketika Allah sang Maha pencipta yang memerintahkan, itu berarti sebuah Standard Operation Procedure yang harus dijalani sama makhluknya. Kalau kita beli mobil misalnya, suka ada kan buku petunjuk/manual book bagaimana perawatan dan pengoperasian mobil tersebut dari produsennya? Kapan harus diganti oli, kapan harus diisi bahan bakar, kapan harus diservice, dan lain sebagainya supaya mobil tetap dapat memberikan performa yang baik. Nggak gampang rusak.

Demikian pula manusia, kita ini jauh lebih canggih dari mobil. Makanya perlu perawatan khusus. Dan…sejatinya berpuasa itu bukan hanya buat umat muslim lho…berpuasa sudah dilakukan oleh umat sebelum umatnya Nabi Muhammad SAW. Baca baik-baik deh ayat di atas “….sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…”  

Berdasarkan pengetahuan saya, dalam kitab umat Kristiani dan Yahudi juga dijelaskan saat para nabi berpuasa. Silakan cek kitabnya yes.

Anyway, yuk kita simak penjelasan ilmiah mengenai manfaat berpuasa. Siap-siap ya bacanya, karena banyak yang nggak familiar dengan dunia medis, termasuk saya. Tapi saya coba membuat intisari biar lebih mudah dibaca. Semoga mudah dibaca dan dipahami.

Pada saat tubuh manusia kekurangan makanan karena berpuasa, maka energi yang masuk pun akan berkurang. Untuk mengatasinya, tubuh kita ini beralih memanfaatkan sumber dayanya sendiri, atau dalam dunia medis disebut sebagai fungsi autolisis. Autolisis adalah pemecahan lemak dari dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Selanjutnya, hati bertanggungjawab untuk mengubah lemak menjadi zat kimia yang disebut ketone body, atau senyawa keton dalam tubuh yang merupakan hasil oksidasi asam lemak yang tidak sempurna. *disini hati yang dibahas adalah organ hati yes, atau liver. Bukan “hati” yang itu, please jangan baper 😀

Selanjutnya, senyawa ketone body ini didistribusikan ke seluruh tubuh lewat aliran darah. Ketika pemanfaatan lemak ini terjadi, asam lemak bebas dilepaskan ke dalam aliran darah dan digunakan oleh hati sebagai energi. Makin sedikit seseorang makan, maka semakin banyak tubuh memanfaatkan simpanan lemak yang dikonversikan jadi ketone body. Nah, akumulasinya disebut ketosis. Ketosis sendiri adalah sebuah kondisi dimana liver (hati) manusia memproduksi “ketone” untuk digunakan sebagai bahan bakar “fuel” atau energi yang digunakan seluruh tubuh terutama otak. Ketosis terjadi ketika tubuh tidak lagi ada asupan karbohidrat (glukosa) sebagai sumber makanan untuk diproses menjadi energi. Jadi jangan takut, saat puasa, fungsi otak kita sama sekali nggak berkurang lho. Karena asupannya dijaga sama tubuh kita sendiri.

Proses Detoksifikasi

Puasa berfungsi sebagai detoksifikasi. Detoksifikasi adalah proses normal tubuh untuk menghilangkan atau menetralkan racun melalui usus besar, hati, ginjal, paru-paru, kelenjar getah bening, dan kulit .

Proses detoksifikasi berlangsung pada saat manusia berpuasa, karena saat makanan tidak lagi masuk ke dalam tubuh, maka tubuh beralih ke cadangan lemak untuk digunakan sebagai energi. Menurut Carol (2008), Lemak manusia setara dengan 3.500 kalori per pound. Atau dengan kata lain, kita punya sebanyak 3.500 kalori pada setiap 0,45kg lemak. Sehingga jika dikonversikan, maka manusia bisa bertahan dengan 0,45kg lemak setiap hari dan lemak tersebut akan memberi tubuh energi yang cukup untuk berfungsi normal. *ssst…sampai disini jangan sibuk lihat kaca ya 😀

Terus pertanyaannya, darimana cadangan lemak ini berasal?

Cadangan lemak tercipta saat tubuh kelebihan glukosa dan karbohidrat. Ketika tubuh mengalami kelebihan glukosa dan karbohidrat, namun kelebihan tersebut tidak digunakan untuk energi atau pertumbuhan, tidak pula diekskresikan (dibuang), maka glukosa dan karbohidrat akan diubah menjadi lemak. Bila cadangan lemak digunakan untuk energi selama puasa, maka tubuh akan melepaskan zat kimia dari asam lemak ke dalam sistem yang kemudian dihilangkan melalui organ-organ tersebut.

“Saya makan yang organik terus kok, masa iya ada bahan kimia dalam tubuh?”

Meskipun bahan kimia nggak ditemukan dalam makanan, tapi bahan kimia bisa kita serap dari lingkungan. Misal dari penggunaan kosmetik, dari racun yang nggak sengaja terhirup (penggunaan obat anti nyamuk, DDT/Pestisida, asap kendaraan, dll). Penelitian menyebutkan bahwa zat kimia seperti DDT, dapat tersimpan dalam cadangan lemak di tubuh kita namun bisa dilepaskan saat berpuasa. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa pada pengujian urine, kotoran, dan keringat seseorang saat berpuasa, ditemukan sisa DDT di setiap urine, kotoran, dan keringat manusia tersebut.

Selain itu, pada orang yang kecanduan obat-obatan seperti alkohol, kokain, nikotin dan kafein, puasa dapat secara dramatis mengurangi gejala “sakau” yang seringkali membuat orang sulit terlepas dari dari narkoba. Kebanyakan orang terkejut betapa mudahnya untuk berhenti merokok atau minum dengan bantuan puasa.

Proses Penyembuhan Tubuh

Manfaat puasa berikutnya adalah proses penyembuhan yang dimulai di tubuh saat puasa. Pada saat berpuasa, energi cepat dialihkan dari sistem pencernaan karena kurangnya penggunaan. Atau dengan kata lain, karena energinya tidak digunakan untuk mencerna makanan di usus besar, maka energi tersebut digunakan untuk metabolisme dan sistem kekebalan tubuh.

Proses penyembuhan selama berpuasa terjadi saat pencarian sumber energi oleh tubuh. Maka dari itu, pertumbuhan abnormal di dalam tubuh seperti tumor, dan sejenisnya tidak mendapatkan dukungan dari persediaan tubuh sehingga dapat terjadi autolisis (kondisi dimana tubuh menghancurkan sel-sel yang tidak berguna secara mandiri). Artinya, tubuh kita melawan pertumbuhan abnormal secara alami, dengan kekuatannya sendiri tanpa bantuan obat atau alat kemoterapi dll.  Selanjutnya, produksi protein untuk penggantian sel yang rusak (sintesis protein) menjadi lebih efisien. Sintesis protein yang efisien ini akan menghasilkan sel, jaringan, dan organ yang lebih sehat.

Begitupula pada penderita gastritis (maag), pada saat berpuasa, asupan makanan menjadi lebih teratur (sahur dan berbuka). Terjadi efisiensi sintesis protein sehingga organ lebih sehat.

Bukti lain datang dari Alan Goldhamer, D.C. (2016), dimana sebagian besar kasus penyakit kardiovaskular juga responsif terhadap perawatan konservatif. Dalam 154 kasus berturut-turut tekanan darah tinggi (hipertensi), sebanyak 151 kasus (98%) telah mampu mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal tanpa menggunakan obat, tetapi dengan berpuasa.

Inilah salah satu alasan mengapa hewan berhenti makan saat mereka terluka, dan mengapa manusia kehilangan rasa lapar selama influenza. Pada saat menderita penyakit seperti gastritis, tonsilitis dan pilek, terbukti bahwa penderita tidak merasa lapar. Oleh karena itu, ketika seseorang berpuasa, orang tersebut secara sadar mengalihkan energi dari sistem pencernaan ke sistem kekebalan tubuh.

Penurunan Suhu Tubuh Inti.

Ini adalah akibat langsung dari tingkat metabolisme yang lebih lambat dan fungsi tubuh secara umum. Setelah penurunan tingkat gula darah dan menggunakan cadangan glukosa yang ditemukan di glikogen hati, tingkat metabolisme basal (basal metabolic rate / BMR) berkurang untuk menghemat energi di dalam tubuh. Hormon pertumbuhan juga dilepaskan saat puasa, sebagai akibat dari efisiensi produksi hormon yang lebih tinggi. Makanya, pada orang berpuasa, biasanya (secara normal) dia akan lebih sabar dan lebih tenang hatinya.

Manfaat yang paling terbukti secara ilmiah untuk berpuasa adalah perasaan peremajaan dan harapan hidup yang lebih lama. Bagian dari fenomena ini disebabkan oleh sejumlah manfaat yang disebutkan di atas. Dalam jangka panjang, puasa bermanfaat untuk melambatkan tingkat metabolisme, produksi protein yang lebih efisien, sistem kekebalan tubuh yang lebih baik, dan peningkatan produksi hormon. Selain Hormon Pertumbuhan Manusia yang dilepaskan lebih sering saat puasa, hormon anti penuaan juga diproduksi lebih efisien. Awet kenceng ya kulitnya 😀

Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa puasa memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Selama berpuasa, tubuh membuang racun di cadangan lemak kita yang menumpuk selama bertahun-tahun.

2. Saat berpuasa, tubuh menyembuhkan dirinya sendiri, memperbaiki semua organ yang rusak.

3. Berpuasa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

4. Saat berpuasa, terjadi efisiensi produksi hormon.

5. Puasa menjadikan tingkat metabolisme lebih lambat.

6. Puasa membuat produksi protein lebih efisien.

Anyway…karena Allah Maha Adil, maka selalu ada keringanan, yaitu adanya golongan orang yang diperbolehkan tidak berpuasa. Orang hamil, menyusui, sakit (yang setelah konsultasi ke dokter nggak memungkinkan buat dirinya berpuasa), orang yang sedang dalam perjalanan (musafir/traveler), orang yang sedang berperang di jalan Allah.

Hal ini seperti tertuang dalam Q.S Al-Baqarah Ayat 184:

“….Jika diantaramu ada yang tidak berpuasa karena sakit atau dalam perjalanan, wajib menggantinya pada hari-hari yang lain sebanyak kamu tidak berpuasa. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Namun siapa saja yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, hal itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”(Q.S. Al-Baqarah : 184)

Wallahualam Bisshawab.

Maaf jikalau masih banyaaaak sekali kesalahan, semua itu karena keterbatasan pengetahuan saya. Karena sesungguhnya yang benar hanya dari Allah, kesalahan sepenuhnya dari saya. Thanks for reading, dan semoga infonya bermanfaat buat semuanya 🙂

Referensi:

1)”Dr. Sniadach – True Health Freedom 3

2)fastingforbetterhealth

3)”Ketosis by Sue Reith”

4)”Nutriquest, March 11th, 2000 – Ketosis and Low Carbohydrate Diets”

5)”WebMD – Detox Diets: Cleansing the Body”

6)”Fasting – Good Morning Doctor”

7)”The health Benefits of Fasting”

8)Goldhamer, Alan & Marano, Jennifer. (2016). Fast and Health.

9) Mo’es Al-Islam, E. Faris, Kacimi Safia, Ref’at A. Al-Kurd, Fararjeh M.A., Bustanji, Y., Mohammad, M.K., Salem, M.L. (2012). Intermittent fasting during Ramadhan attenuates proinflamatory cytokines and immune cells in healthy subjects. Nutrition Research 32 page 947-955.

10) Caroll, Will (2008). The Health Benefits of Fasting.

1 comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.