Menjelang senja di Pantai Santolo

Pada saat pertama kali kami berencana menyusuri pantai-pantai di Garut Selatan, pantai pertama yang kami pikirkan adalah Pantai Santolo. Bahkan kami berniat menginap di sekitar pantai ini karena katanya disinilah pusat keramaian Garut Selatan.

Baca juga: Berkelana ke Rancabuaya

Sore itu, setelah kami selesai makan siang dan shalat dzuhur, kami menuju Pantai Santolo.

Pantai Cilautereun, adalah nama lain Pantai Santolo yang terletak di Kecamatan Cikelet, Garut Selatan. Dinamakan demikian oleh warga sekitar karena saat pasang, air laut di hilir sungai Cilautereun bergerak kembali ke arah muara. Tidak mengalir menuju laut. Hal ini karena permukaan muara lebih rendah daripada permukaan air laut.

Kata orang, keadaan seperti ini hanya dapat kita temukan di dua tempat di dunia. Satu di Perancis, dan satu lagi di Pantai Santolo. Warga Garsela patut berbangga dong ya 😀

Terletak kurang lebih 45 menit perjalanan dari Pantai Rancabuaya, atau sekitar 88 km dari kota Garut, atau 5 jam perjalanan dari Kota Bandung, suasana di Pantai Santolo Pameungpeuk terbilang jauh lebih ramai dari pantai Rancabuaya, Pantai Manalusu, Pantai Cidora, Puncak Guha, atau Pantai Sayang Heulang . Untuk masuk kesini kita dikenakan biaya retribusi Rp6.000/orang. Biaya Parkir mobil Rp15.000/orang.

Begitu sampai, saya baru tahu yang dimaksud dengan Pantai Santolo adalah pantai yang terletak di pulau yang terpisahkan dengan sungai. Kita harus naik perahu untuk mencapai Pulau Santolo tersebut. Tarif naik perahu PP ke Pantai Santolo adalah Rp5.000/orang. Padahal mah berenang juga bisa hehehe…tapi masa iya kita mau berenang? Nanti saat foto jadi nggak kece dong 😀

Hanya sebagai gambaran saja sih, Pulau Santolo sangat dekat dari daratan dan bisa dicapai dengan jembatan. Namun satu-satunya jembatan gantung yang menghubungkan daratan dengan Pulau Santolo dalam keadaan rusak parah sehingga tidak bisa digunakan. Kini jembatan gantung tersebut menjadi salah satu icon Pulau Santolo, yang bisa dicapai menggunakan perahu dengan tarif Rp15.000/orang. Jadi, kalau kita mau menyusuri sungai untuk melihat jembatan gantung sekaligus menyebrang ke Pulau Santolo, kita akan dikenakan tarif Rp20.000/orang.

Muara Sungai Cilautereun

Sepanjang jalan menuju jembatan gantung, kita akan disuguhi dengan pemandangan hutan bakau di sebelah kanan kita, dimana di tepian hutan bakau tersebut banyak terlihat kera yang sedang mencari makan. Sedangkan di sebelah kiri, kita dapat melihat perkampungan nelayan dan perahu-perahu yang tersampir di tepian sungai.

Hutan Bakau di tepi Pulau Santolo

Kalau saya lihat di blog atau instagram orang, jembatan gantung ini keren banget. Tapi kalo saya yang jepret, kenapa bentuknya jadi begini ya? #salahkankamera atau #salahkanyangjepret 😀

Baca juga: Tertambat Hati di Muara Rancabuaya

Jembatan Gantung Icon Pulau Santolo

Berbeda dengan bibir pantainya yang menawan, boleh dibilang kondisi perkampungan nelayan ini kumuh dan terkesan kotor. Tidak terawat meskipun nama pantai Santolo sudah cukup terkenal di kalangan wisatawan. Di tengah perumahan, banyak juga terdapat penginapan di perkampungan tersebut. Namun maaf, kondisinya sama kumuhnya.

Setelah terombang-ambing dan terhempas angin di perahu (yang ini lebai), sekitar lima menit kemudian sampailah kami ke Pulau Santolo. Pulau kecil yang memiliki pantai yang indah.

Seolah bergaya, padahal mah lagi takut kecemplung sungai 😀
Menjelang sampai ke Pulau Santolo

Saat sedang meregangkan badan…

Eng ing eng…ada seorang kakek menghampiri kami, minta uang retribusi lagi Rp3.000/orang. Annoying kan? Padahal kami sudah bayar biaya masuk, lalu saat masuk kawasan Santolo kami dikenakan lagi biaya parkir yang tak murah, lalu biaya perahu, lalu biaya masuk pulau lagi. Ini yang membuat saya jengkel. Bukan nominalnya yang mengganggu, tapi kok minta-minta melulu sih? Kenapa nggak sekalian saja?

Sepanjang saya keliling Indonesia, jika saya masuk ke kawasan wisata ya hanya dikenakan sekali biaya masuk. Meskipun mahal tidak apa. Tapi jangan berkali-kali diminta.

Saya jadi ragu, biaya yang nggak jelas ini masuk kemana? Benarkah disampaikan ke pihak pengelola? Atau hanya pungli semata mengingat lokasi ini kumuh sekali.

Ya udin lah ya, kami lanjutkan menyusuri Pulau Santolo. Pulau ini merupakan pulau kecil dengan hamparan pantai berpasir bersih. Satu yang menjadi icon ini adalah keberadaan Breakwater (bangunan pemecah gelombang air) yang melingkar indah, meskipun di ujungnya sudah banyak runtuh terhempas ombak laut selatan. Banyak warga setempat yang berenang di sekitar breakwater ini. Tak perlu khawatir terseret arus karena terlindungi oleh dinding tebal nan kokoh.

Baca juga: Pesona Cakrawala di Pantai Sayang Heulang

Gerbang Masuk Pulau Santolo
Bibir Pantai Santolo

Melihat beberapa penduduk yang sedang terjun dari atas breakwater ke air membuat saya tersenyum. Boleh jadi rumah mereka berada di kawasan kumuh, tapi mereka semua punya “kolam renang pribadi” yang besar lagi indah. Bisa dinikmati kapan saja, tak perlu repot menguras pula. Hanya cukup menjaganya agar tidak banyak sampah berserakan.

Breakwater Jepretan Mbak Wian

1 comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.