Sang Perampas Kenyamanan di Kereta Api

Tipe penumpang kereta api

“Sorry Mas, itu seat saya.” Ujar saya saat tiba di depan seat Gerbong kereta Argo Parahyangan.

Lelaki di depan saya pun akhirnya pindah. Tak jadi menduduki seat saya. Selanjutnya, dia berpindah-pindah ke seat lain yang kosong, dan pada akhirnya dia juga terusir oleh pemilik seat. Ternyata, seat dia itu di sebelah saya. Cuma dia pengen duduk di dekat jendela, dan sendirian dalam satu jajaran seat. Nggak mau ada penumpang lain duduk di sebelahnya.

Hadeuh mas…kalo gitu ya beli tiketnya jangan satu. Beli dua dong.

Penumpang yang duduk tidak sesuai seat

Kejadian kayak gini nggak sekali saja saya alami. Waktu perjalanan pulang dari Tasikmalaya menuju Bandung, saya kaget ketika seat saya dan teman-teman ternyata sudah ditempati oleh rombongan sekeluarga. Awalnya saya bingung, apakah saya yang salah gerbong, atau bagaimana. Tapi setelah saya cek lagi boardingpass, saya nggak salah kok.

Akhirnya saya bilang ke rombongan tersebut, “Bu, pak, maaf ini seat saya.”

Ajaibnya, mereka enggan beranjak. Malah tak menghiraukan saya sama sekali. Saya pun menunggu teman-teman yang lain masuk.

Bhekti yang masuk gerbong setelah saya, bingung melihat saya masih berdiri di depan seat kami. “Kenapa teh, kok nggak duduk?” Tanyanya. Saya melayangkan pandangan ke seat kami. Full oleh rombongan keluarga entah darimana. Karena Bhekti sepertinya sudah sering mengalami hal ini, maka dia pun langsung berkata ke orang yang duduk di seat kami.

“Pak, tolong keluarin boardingpassnya.” Kata Bhekti tanpa basa-basi.

Tadinya orang tersebut nggak mau, tapi Bhekti tetap tegas memintanya. Sampai akhirnya dia mengeluarkan boardingpassnya, dan itu memang bukan seat mereka.

“Kami males pindah.” Katanya.

“Itu 6 seat punya kami semua.” Saya menimpali.

“Iya pak, duduk sesuai seat saja.” Kata Bhekti.

Ketika orang yang bersangkutan masih enggan dengan alasan repot pindah, akhirnya Bhekti dengan santai bilang.

“Oke, kami tunggu Polsuska aja kalo gitu. Itu seat kami kok.”

Ampuh. Kata-kata Bhekti barusan membuat orang-orang itu pergi ke seat mereka yang sebenarnya. Meskipun dengan bersungut-sungut, dan membuang sampah sembarangan di seat kami.

Lesson and Tips:

Nah, yang kayak gini jangan ditiru ya guys. Sekarang kan sudah jaman canggih. Era pembaharuan. Bukan jamannya lagi nggak tertib di Kereta. Sudah era millenial dimana semestinya kita ini lebih beretika jika sedang menggunakan transportasi publik. Yang dipikirin jangan cuma kenyamanan kita semata, tapi juga kenyamanan penumpang lain. Kita bayar, mereka juga bayar lho. Dan soal seat, kalau memang mau seat yang diinginkan seperti berdekatan jika berombongan, atau ingin seat yang menghadap searah dengan arah jalannya kereta jika naik kelas ekonomi AC, maka pesanlah tiket dari jauh-jauh hari. Setiap pembelian online maupun offline, kita berhak untuk memilih seat. Makin jauh hari keberangkatan, maka semakin besar pula kemungkinan kita dapat seat yang diinginkan.

Kalau memang terpaksa perginya mendadak, ya nikmatilah seat yang didapat. Jika memungkinkan, kita bisa bernegosiasi dengan penumpang lain untuk perpindahan seat ini. Tapi, jangan memaksa jika yang bersangkutan nggak mau diminta pindah. Mereka punya hak yang sama dengan kita.

Penumpang yang membuang sampah sembarangan

Lalu, soal sampah. Sebaiknya kita hargai diri sendiri dengan membuang sampah pada tempatnya. Setiap seat di kereta api, baik kelas ekonomi, eksekutif maupun priority, dibekali dengan plastik untuk sampah. Jadi, tahu diri lah ya, buang sampahnya jangan seenak udel. Kelihatan banget kan nggak beretika. Memang betul ada petugas cleaning service, tapi kan kita bisa meringankan kerja mereka dengan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.

Ya kan?

Mereka juga seorang anak, ayah, ibu, kakak, atau adik dari seseorang. Boleh jadi mereka tulang punggung keluarga. Mereka memang dibayar, tapi tidak untuk dilecehkan atau dipersulit pekerjaannya. Kita mungkin naik kereta untuk liburan, tapi mereka seringkali harus tetap bekerja di hari libur. Mengorbankan kepentingan keluarganya demi sesuap nasi. Rela berjauhan dengan anak istri agar dapur tetap mengepul. Masa kita mau bebani mereka lagi dengan bikin mereka makan hati? Buang sampah sembarangan?

Masa beli tiket kereta bisa, buang sampah pada tempatnya nggak bisa?

Nggak sekali dua kali saya melihat para petugas kebersihan ini kelelahan setelah menjalankan tugas, hingga akhirnya tidur jongkok di depan pintu toilet kereta api. Kebayang nggak kalau mereka itu adalah anak, ayah, ibu, kakak, atau adik kita? Tegakah menambah bebannya dengan kelakuan nggak masuk di akal seperti buang sampah sembarangan?

Penumpang yang menyetel video dan musik tanpa headset

Satu lagi masalah penumpang kereta api. Watching a video or listening music without headset.

Nggak modal banget ya?

Kenapa saya bilang demikian? Karena penumpang model yang satu ini benar-benar tidak beretika. Ngobrol keras-keras saja tidak sopan karena bisa mengganggu kenyamanan penumpang lain. Apalagi menyetel video tanpa headset? Harga headset KW nggak sampai 30 ribu lho. Murah banget, tapi bisa menjaga kenyamanan kita dan penumpang lain. Sekali lagi, ingat, kita memang bayar tempat duduk, tapi kita nggak bayar frekuensi suara. Radio saja kalau mau siaran harus beli frekuensi supaya nggak mengganggu radio lainnya. Sama saja kan dengan kita?

Menelepon Sepanjang Perjalanan

Kalau penumpang kayak gini kayaknya perlu diturunin di stasiun antah berantah deh. Super nggak sopannya. Lagi-lagi, seatnya memang dibayar sama dia. Betul itu. Tapi frekuensi suara nggak. Setiap penumpang punya hak yang sama untuk nyaman dalam perjalanan. Janganlah kenyamanan kita mengorbankan kenyamanan orang lain. Sama sekali nggak lucu.

Anyway….Kalau mau bebas menelepon, belilah tiket untuk satu gerbong. Silakan kalau mau setel musik keras-keras, berjoget, naikin kaki, nelpon sepanjang perjalanan, menjerit, lari-lari, silakan.

Tapi, siapa pula mau berkorban dengan beli tiket satu gerbong?

Itulah harga frekuensi suara dan kenyamanan penumpang lain yang dirampas.

Tips menghadapi tipe penumpang kereta api seperti yang disebutkan di atas:

Nah, kira-kira, kalau anda menghadapi hal-hal seperti yang saya sebutkan di atas, bagaimana cara mengatasinya?

Saran saya, tegur orang yang bersangkutan dengan cara baik-baik. Namun jika tidak bisa, maka anda dapat menghubungi petugas customer service on board (KONDEKTUR) yang nomor handphonenya tertera pada dinding kereta setiap gerbong.

Jika anda melihat ada penumpang yang berlaku tidak pantas atau anda melihat tindakan percobaan pencurian, sebaiknya anda segera melaporkannya ke Polsuska Kereta. Bisa juga dengan menelepon petugas. Jangan lupa sebutkan anda berada di gerbong dan seat berapa yang melakukan perbuatan tersebut.

Yuk ah kita saling pengertian satu sama lain. Supaya sama-sama nyaman, dan tidak mengganggu orang lain.

Salam traveler,

Arum Silviani.

Post Terkait:

 

2 comments

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.