Mandevilla Dago

Pengalaman Staycation di Mandevilla Dago, Gimana Rasanya?

Halo para pengunjung Rumah Arum, apa kabar? Lama nih saya nggak mereview penginapan. Kali ini saya mau cerita pengalaman saya Staycation di Mandevilla Dago, Bandung. Anyway, adik saya yang pesan villa ini lewat aplikasi Agoda. Seperti biasa saya akan mereview jujur, sejujur-jujurnya berdasarkan pengalaman saya pada saat datang kesitu, saat itu. FYI, saya menginap di 21-22 Desember 2022.

Lokasi Mandevilla Dago

Lokasinya di Jl. Dago Giri No. 168, Bandung. Atau kalau kalian pernah ke Dago Dreampark, villa ini terletak di seberang tempat wisata tersebut. Kalau dari arah Dago, kalian bisa ambil jalan ke arah Dago Giri. Villa ini juga sejajar jalannya dengan Lawang Wangi Resto.

Dari depan, tak terlihat bahwa ini adalah villa. Saat kami datang sekitar jam 14.20 WIB, pintu utama Villa tertutup. Di depan Villa ini ada MAKA Gallery Café, yang saat ini statusnya tutup sementara. Nggak tahu deh kapan lagi akan dibuka.

Akhirnya kami ngetok-ngetok pintu gerbang Villa yang terbuat dari kayu berukir, dan barulah ada penjaga keluar.

Masnya ramah sih. Tapi nggak helpful. Kayaknya dia adalah security disitu. Olehnya, kami diantar menuju lobby villa yang ternyata nyempil. Harus naik tangga yang lumayan curam dan nggak bersahabat buat orang tua. Oh iya, kalau kalian bawa barang banyak, those stairs like a little hell sih. Hahaha…

baca juga: Staycation ala Koper? Berikut Rekomendasi 4 Hotel Bintang 4 di Bogor

Proses Check in Mandevilla Dago

Proses Check in sebenarnya mudah, hanya tinggal memastikan bookingan, foto KTP, dan kita juga dimintai deposit sebesar Rp.300.000 rupiah. So, kalau kalian mau menginap disini, pastikan kalian bawa uang cash ya.

Setelah check-in, kami diantar ke kamar oleh security.

Pelayanan Mandevilla Dago

Kesan pertama: Biasa saja. Nggak ada rasa “WOW” gitu. Nggak ada kesan WAH karena pemandangannya yang bagus, atau kesan homy.

Saya malah merasa kami nggak diterima dengan tangan terbuka. Apasih yaa???

Sekian lama saya terbang kesana kemari, nginep di aneka hotel, villa, dari yang ratusan ribu sampe yang harganya jutaan per malam, nggak tahu deh kali ini saya ngerasa…nggak nyaman. Bahkan semenjak menginjakkan kaki di tempat ini.

Emang gue gitu kali ya, perasaan mulu yang diutamakan. Dududu…

Btw ini subjektif ya. Boleh jadi kalau kalian kesini, kalian bakal suka dan senang.

Salah satu hal yang bikin saya merasa “kurang diterima” di Villa ini adalah pelayanannya. Security melihat kami bawa barang lumayan banyak. Tangga yang kami lalui cukup curam juga. Dan sekali lihat, saya rasa security tersebut bakal tahu kalau mama saya bukanlah anak muda yang gampang bawa barang.

Karena kami bertiga perempuan, kami semua bawa barang masing-masing dong ya. Tapi Aa security itu tidak ada niatan untuk membantu mama saya dengan membawakan barangnya. Nawarin bantuan pun tidak. Ramah sih, tapi nggak helpful.

Padahal dalam hospitality industry, kita harus kasih service excellence kepada customer kita. Ya ampun berapa kali gw ngomong gini ya. Ngedumel terus hahaha…

Ini pertama kalinya lho saya nemu security yang kayak gitu. Jadi agak shock culture gue.

Btw ini villa yang lumayan mahal harganya jika dibandingkan dengan reddoorz atau OYO. Di reddoorz saja barang saya suka dibawain lho, tanpa saya minta. Di OYO juga ada yang pelayanannya super ramah dan helpful. Saya nggak membandingkan hotel bintang 4 atau 5 ya, karena nggak apple to apple dengan villa ini.

Baca juga: Review Hotel Mason Pine Kotabaru Parahyangan Bandung

Harga Kamar dan Fasilitas di Mandevilla Dago

Kami pesan kamar Studio, dengan harga per malamnya Rp900.000 saat weekday. Untuk harga segitu, kami dapat kamar besar. Langit-langitnya juga tinggi. Lalu karena konsep villa ini adalah private villa, kami juga bisa leluasa beraktifitas di teras tanpa terganggu pengunjung lain yang wara-wiri.

Teras dan kursi, disertai tanaman di depan kamar staycation di mandevilla dago
Beranda kamar di Mandevilla Dago

Di dalam kamar sudah ada satu tempat tidur queen bed, satu sofabed, televisi, teko pemanas air, 2 botol air mineral 600ml, kopi, teh, dan 2 pop mie. Selanjutnya kami juga dapat 2 handuk bersih, dan 2 pasang sandal jepit.

Tempat Tidur di Mandevilla Dago
Tempat Tidur di Mandevilla Dago
satu televisi, kipas angin, pemanas air dan hiasan dinding
Televisi dan Kipas Angin

Tidak ada interkom disini. Jadi kalau misal perlu apa-apa, ya “hiking” dikit lah mencari penjaga Villa.

Tidak ada AC juga, hanya ada 1 kipas angin. Kalau siang, disini nggak dingin ya guys. Tapi panas. Beneran panas kayak di tebing gunung gitu. Karena letaknya memang belum jauh dari Kota Bandung. Belum cukup tinggi. Okelah kami bisa buka pintu, tapi ya…gitu deh.

Fasilitas Kamar Mandi cukup Lengkap, ada hairdryer dan shower. Kamar mandinya juga cukup estetik dengan langit-langit yang tinggi dan dinding dari batu.

Sofabed di mandevilla dago
Sofabed
Wastafel dan kamar mandi
Kamar mandi
Sunset di sore hari saat staycation di mandevilla dago
Sunset dari beranda

Saat malam hari, pemandangan kota Bandung kelihatan oke. Transisi dari matahari yang jingga, lalu langit gelap yang dihiasi lampu kota juga cantik dipandang dari beranda depan.

staycation di mandevilla dago lampu kota bandung di malam hari
Lampu Kota Bandung di Malam Hari

Tapii…kenapa kursinya cuma satu deh di beranda? Padahal kamar yang kami pesan “katanya” nyaman untuk 2 orang, dengan kapasitas maksimal 4 orang.

Lha kalau misal ada suami istri yang ingin menikmati waktu berdua saja, itu berarti yang satu duduk di kursi, yang satunya ngleprak di lantai. Atau…duduk dipangkuan begitu? Biar tambah mesra saat melihat sunset? Hahahaha…

Sorry, kalau dipangku, saya sih kesemutan. *jompo mode on.

Villanya Bagus, Tapi….

Nggak Ergonomik. Itu kesimpulan saya.

“Banyak kecewanya deh disini.” Kata mama saya saat berada di Villa. Tumben banget mama ngomong gitu, karena biasanya mama saya adalah kategori orang yang nerimo. Nggak banyak komplain kayak saya.

So, apa saja yang bikin kami kecewa saat Staycation di Mandevilla Dago?

Pertama, saat maghrib banyak nyamuk kebon. Pastinya kami pun akan selalu menutup pintu saat malam tiba. Tapi ketika pintu ditutup, terasa pengap. Karena tidak ada lubang angin atau ventilasi. Dan karena nggak ada AC, ya sudah deh pengap. Langit-langit yang super tinggi dan kipas angin tak membantu banyak.

Kedua, hiasan dinding yang terlalu besar, berukir, tapi banyak debunya.

Well, seperti yang kalian tahu kalau baca postingan saya di blog ini, saya adalah pecinta bangunan tua, juga barang seni. Barang antik, tua, kuno, dan vintage. Apalagi jika terbuat dari kayu-kayu dan berukir. Wuih…suka banget saya.

Tapi disini, saya nggak suka. Karena banyak debunya, saat saya bersandar di sandaran tempat tidur, jidat saya kejatuhan debu dari hiasan dinding tersebut. Walhasil, jidat saya pun bentol-bentol dan gatal sekali.

Saya pernah menginap di penginapan tua, yang berdiri sejak tahun 1800an. Tepatnya di Rumah Merah Heritage Lasem. Tapi disana bersih banget guys. Asli bersih. Nggak ada yang bikin saya gatal-gatal.

Baca juga: Rumah Merah Heritage Lasem, Penginapan Berusia Lebih dari 200 tahun

Begitupula di Rumah Oey, penginapan di Lasem juga, yang sudah 200 tahun lebih berdiri. Bersih banget. No gatel-gatel.

Ketiga, di kamar mandi, wastafelnya tinggi banget. Tingginya diatas perut saya (FYI, tinggi saya 162cm). Padahal di Bali saja saya nggak nemu wastafel yang setinggi ini. Ini sih buat orang yang tingginya diatas 180cm baru akan nyaman. Wastafel buat bule.

wastafel tinggi di staycation di mandevilla dago
Kaca dan wastafel

Tapi bule mana yang mau menginap di Dago Giri? Mereka biasanya akan lebih memilih tinggal di kota untuk nostalgia dan menikmati bangunan tua, atau di dekat pantai untuk bisa berjemur.

Keempat, Air panas di kamar mandi cukup oke. Tapi shower nggak nyemprot kenceng, malah ndut-ndutan. Lebih oke di kamar mandi tempat tinggal saya di Kota Bandung. Air menyembur kencang dan nggak ndut-ndutan alias tersendat-sendat. You know what I mean, right?

Shower tanpa keran bawah untuk wudhu. staycation di mandevilla dago
Shower tanpa keran bawah untuk wudhu.

Terus nggak ada kran bawah. Jadi kalau mau wudhu, kesulitan. Harus ambil air di wastafel yang tinggi, lalu cuci kaki pakai shower. Nyiprat kemana-mana dan bikin nggak nyaman.

Kelima, Tidak ada tanda kiblat. Hal kecil sih, tapi aneh saja kok nggak diberikan di negara yang mayoritas muslim? Di Bali saja selalu ada tanda kiblat.

Keenam, Nggak tahu mau pesan makan dimana. Mengingat resto di depan Villa tutup sementara. Ya mungkin pada mikir, bisa saja pesan Ojol-food. Hanya saja, saat itu lama pesannya karena nggak ada driver yang mau ngambil.

Mungkin memang kita disuruh mamam pop mie aja guys, kaya anak kosan. Biar lebih menjiwai dan menyatu dengan alam hahaha…

Baca juga: Loe Mien Toe Cafe, Tempat Nongkrong di Malang Buat Pecinta Barang Antik dan Vintage

Menatap Sunrise yang Indah dari Beranda Mandevilla Dago

Saat pagi datang, saya buru-buru buka tirai dan buka pintu. Biar udara segar masuk. Oh iya, semalaman saya menyetel kipas angin, karena akibat tidak adanya sirkulasi udara lewat ventilasi, dan tidak ada AC. Mau buka pintu malam-malam, takut ada tikus/ular masuk.

Ini dia pemandangan pagi dari Mandevilla Dago.

Pemandangan Pagi Gunung, awan, dan pemandangan lampu
Gunung yang terlihat dari kamar

Cantik, ya? Gunung-gunung yang mengelilingi Kota Bandung terlihat jelas, dengan kabut tipis yang menyelimuti. Menambah syahdu suasana.

Udara juga tidak terlalu dingin, dan segar karena di sekitar villa terdapat banyak tanaman.

Gardu Pandang dan Pohon
Gardu Pandang di areal Villa
Jalan menurun di Mandevilla dago
Villa tipe studio lainnya

Cukup asik jalan-jalan pagi di sekitar Villa. Meskipun akhirnya, mama dan adik saya harus keluar villa untuk cari sarapan pagi.

Apakah Mandevilla Dago Kids Friendly?

Saya tentu jawab, Tidak. No Kids Friendly.

Sebagai Google Local Guide Top 1% di Bandung, tentu saya kasih review jujur begitu. Villa ini tidak tepat untuk kalian yang bawa anak.

Saya nggak kebayang kalau kalian bawa anak kecil kesini. Apalagi yang masih balita. Biasanya kalian butuh air panas buat bikin susu, atau microwave/kompor untuk menghangatkan makanan mereka.

Nah disini selain nggak ada yang jual makanan, kalau butuh apa-apa juga repot sih. Karena tidak adanya interkom di kamar.

Mau pesan makanan dari luar juga cukup repot. Harus nunggu babang ojol nerima order. Karena mereka suka malas ke daerah Dago Giri yang sepi dan gelap, juga nanjak banget jalannya.

Kondisi jalan di villa yang cukup terjal juga nggak ramah anak. Anak kecil harus dalam pengawasan kita terus. Kalau kita lengah, boleh jadi dia kejungkel atau tisoledad saat berlarian di sekitar kamar.

Apa itu tisoledad? hahaha…

Apakah Staycation di Mandevilla Dago Recommended?

Sebetulnya villanya bagus sih. Serius deh. Bagus dan cantik. Hanya saja pelayanan dan fasilitasnya nanggung. Kalau buat saya pribadi, untuk staycation di Mandevilla Dago sih kurang ya. Kecuali dipersiapkan banget dari kota.

Misal kalian datang sama teman-teman, lalu bawa makanan, cemilan, juga makan malam dan sarapan pagi.

Agak tidak nyaman ya? Mau Staycation kayak mau kemping heheh…

Saya pernah Staycation dengan kawan-kawan di Lembang. Villa juga yang jauh dari tempat makan. Nah sama ownernya kami disediakan makanan yang luar biasa banyak. Ada mie instant, cemilan, roti tawar dan selai, biskuit, wafer. Bahkan oleh ownernya kami disediakan minuman mulai dari susu, kopi, teh, dan air mineral yang melimpah.

Lesson Learned

Menurut saya, Staycation di Mandevilla Dago memang agak menantang sih ya. Mungkin karena Villa belum jadi benar, atau memang belum siap menerima tamu kembali setelah rehat sekian lama akibat pandemi.

Who knows?

Saya berharap, Pengelola Mandevilla Dago meningkatkan pelayanannya. Salah satunya bisa memberikan pelatihan kepada stafnya soal Empathy, Credibility and Responsibility. Bagian dari Service Excellence.

Menurut saya sayang sekali ya, tempatnya bagus. Villa dan bangunannya bagus. Hanya saja Mandevilla Dago belum memberikan hal yang bisa membekas indah di hati konsumennya. Jadi ya yang kayak saya ini nggak kepingin balik lagi. Malah pingin cepat-cepat pulang kerumah.

Kalaupun mau menginap di Bandung, saya akan cari tempat lain. Iya, itu sudah.

Salam sayang buat semuanya,

Bandung, 25 Desember 2022.

Arum Silviani

Founder of Antasena Projects

Arum Silviani

Lecturer, Travel Blogger and Founder of Antasena Projects

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.