Jadi pembicara di almamater sendiri

Cara Menanyakan Fee Ke Pembicara, Bagaimana Sih Baiknya?

Suka bingung kalau mau nanya rate ke pembicara bagaimana caranya? Kali ini saya mau sharing tips dan trik menanyakan fee ke pembicara, sekaligus bagaimana bernegosiasi dengan mereka.

Sebagai seorang dosen dan professional training instructor di bidang Government Strategic Planning, Good University Governance & Digital Business, dengan pengalaman kurang lebih empat belas tahun, tentunya saya banyak sekali bertemu dengan berbagai aneka kepribadian dan jenis orang. Ada yang sopan, baik hati, sat-set, atau bahkan ada yang “Unik.” Sebuah kata yang dipopulerkan oleh rekan saya untuk orang yang nyebelin, sombong, dan sok berkuasa. Buat teman-teman yang sudah di dunia profesional maupun newbie, kali ini saya mau sharing cara menanyakan fee ke pembicara, bagaimana sih baiknya?

Cerita tentang permintaan jadi pembicara: PIC nggak sopan

Suatu pagi, ada Whassapp masuk ke saya.

“Bu, kami mau ngadain seminar tentang XXX di institusi saya. Ratenya segini. Tanggal segini. Jam segini. Ibu bisa ya.”

When I read the theme, yaelah gini doang ngapain minta ke gue. But, let’s see.

Ternyata setelah itu dia sok jual mahal, seolah seminarnya ini maha penting, ratenya paling keren, dan kayak rugi banget kalo saya nolak tawarannya. Padahal dia sepertinya nggak melihat background saya apa, pengalaman saya berapa lama di bidang ini.

Jawaban saya: Terima kasih tawarannya. Tapi maaf saya nggak bisa.

Dan balasannya: Loh kenapa nggak bisa bu? Sayang kalau dilewatkan. Bisa nambah portofolio ibu.

Jawaban saya: ya saya nggak mau aja.

baca juga: Pengalaman jadi tenaga ahli di Kemenristekdikti

Karena penasaran dengan orang yang nggak sopan ini, saya langsung buka profilnya, dan cek dia ini siapa. Tidak sulit kan melacak seseorang disaat ini? Saya cek mulai dari dia kuliah dimana, lalu sekarang bekerja dimana.

Tara…ketemu dalam kurang dari 10 detik. Maaf kata, bukannya saya merendahkan, tapi ternyata dia hanya orang biasa yang baru memegang sebuah jabatan kecil, di sebuah institusi kecil juga. Tapi kok gaya bahasanya nggak asik ya. Nggak sopan dan kurang ajar.

Kemudian dalam batin saya merutuk. Asli nggak sopan nih orang, masih newbie soknya minta ampun. Sedangkan orang yg jauh lebih tinggi jabatan dan pengaruhnya di negeri ini saja kalau nanya ke saya sopan banget.  

Bahkan, saat saya diminta untuk jadi pembicara di UGM tentang Rencana Strategis Pengembangan Dosen Perguruan Tinggi Negeri, yang menghubungi saya adalah Rektor UGM langsung. Ya, sambungan telepon langsung dari Rektor UGM di Jogja ke saya.

Orang besar, dari institusi besar, namun teramat sangat sopan dan bermartabat.

Lanjut ya…

Lalu ketika tuh orang tau my background, baru lah:

“ibu ternyata tadinya tenaga ahli di XXX ya. Maaf saya nggak tahu bu. Kok bisa sih bu jadi tenaga ahli disitu? Kalau dilihat umur kan…”

Saya sudah malas menanggapinya.

Iya, saya memang sombong pada orang2 yang sombong 😌

Bagaimana cara menanyakan fee ke pembicara
Pembicara di Acara kementerian

baca juga: Sebuah dialog bersama mahasiswa di kelas tentang respect

Permintaan Jadi Pembicara dari Panitia Acara Mahasiswa: Contoh Baik

Berbeda ketika ada yang WA saya begini,

“Ibu, perkenalkan, kami dari panitia X. Tahu ibu dari X, Rencananya mau bikin webinar dengan tema Y. Waktunya antara X1, X2 dan X3. Apakah ibu bersedia jadi pembicara? Tapi mohon maaf sebelumnya ibu, anggaran kami tidak banyak. Boleh tahu rate ibu berapa?

Nah dari sini terlihat, kan. Betapa tata bahasa itu sangat penting. Kesan saya pun positif terhadap panitia ini.

Ketika kita mau mengundang seseorang untuk jadi pembicara, mau itu muda, atau sudah senior, kita lah yang butuh mereka. Oleh karenanya biasakan untuk sopan. Contohnya ketika saya membaca WA dari panitia tadi, saya pun tak segan untuk segera merespon WA nya.

Saya: audiensnya siapa?

Panitia: UMKM dan pelaku bisnis kecil bu. Di kota X. Ada yg mahasiswa, pemilik warung, pemilik UMKM. Rata2 generasi Z yang baru mulai belajar bisnis. Besar harapan kami jika ibu bersedia jadi pembicara.

Saya: kalau anggarannya tidak banyak atau tidak ada, ya tidak usah diada-ada kan. Saya bisa tanggal X2. Atur saja linknya ya.

Ya, saya tidak minta fee pembicara sepeserpun. Karena saya lihat panitianya serius, sopan, dan saya tahu, kemungkinan besar ilmu yang saya sampaikan nanti akan bermanfaat buat orang banyak.

Ternyata feeling saya benar soal keseriusan panitia ini. Mereka selalu update kepada saya jumlah peserta berapa, dan sampai akhir jadi berapa.

Surprise juga ketika saya hadir, jumlah peserta mencapai 200 orang lebih. Semuanya antusias mendengarkan materi saya, karena memang mereka niat untuk belajar. Akhirnya saya, panitia, dan audiens pun mengikuti webinar yang dimaksud dengan bahagia.

baca juga: Lulus S1, Kerja dulu atau langsung lanjut S2?

Apakah saya mengurangi kualitas materi saat tidak dibayar sebagai pembicara?

Tentu saja tidak. Materinya tetap berbobot, sama seperti yang berbayar. Bedanya hanya di durasi, yang biasanya saya berikan seharian, di seminar tersebut hanya 1 jam saja.

Saya juga masih kasih kesempatan kepada para peserta webinar yang belum kebagian slot bertanya, untuk menghubungi saya lewat DM Instagram. Beberapa dari mereka mengirimkan contoh toko onlinenya, dan saya kasih masukan ke mereka. Itupun dengan hati bahagia dan tanpa terpaksa, karena saya memang senang berbagi, dan yang minta tolong juga sopan.

Bagaimana Cara menanyakan fee ke pembicara?

Beberapa tips dari saya tentang cara menanyakan fee ke pembicara yaitu:

  1. Biasakan cek dulu profil calon pembicara. Kalian bisa cek di LinkedIn, Social Media, atau kalau misalkan pembicaranya punya website pribadi seperti saya, jangan malas untuk menelusuri.
  2. Jangan menganggap orang lain itu setara dengan kalian, sekalipun dari segi umur mereka terlihat masih muda. Kita tidak pernah tahu apa yang ada di kepala mereka, dan bagaimana mereka berkarya. Wajib Riset!
  3. Buat draft sebelum menghubungi pembicara. Isinya: perkenalan, nama anda, mewakili panitia apa dari kampus mana, atau dari perusahaan apa. Mau bikin acara apa, temanya apa, audiensnya siapa. Lalu kapan acara tersebut akan dilangsungkan?
  4. Jangan belagu kalau misalkan anda berasal dari kampus mentereng atau perusahaan bonafid. Tetaplah bersikap sopan, karena itu mewakili penilaian orang lain terhadap anda. Sopan adalah ciri khas profesionalisme.
  5. Tanyakan rate dengan sopan. Misalnya: Ibu/bapak, biasanya ratenya berapa ya?
  6. Kalau misal pembicara punya rate, dan ternyata ratenya tidak masuk di anggaran anda, jangan segan untuk melakukan negosiasi. Tidak usah malu, karena dalam dunia profesional, negosiasi itu wajar dan sudah biasa dilakukan. Misalkan, Mohon maaf bapak/ibu, kami dari panitia punya anggaran segini untuk acara ini. Tapi kami berharap ibu/bapak bersedia jadi pembicara, karena ilmu dan karya bapak/ibu sangat menginspirasi kami. Apakah boleh bapak/ibu mempertimbangkannya kembali?
  7. Selanjutnya, tunggu jawaban si narasumber tersebut. Jangan maksa.
  8. Jangan mendadak! Orang yang terburu-buru biasanya mencerminkan kalau dirinya tidak well planned. Hal ini akan mencoreng nama kalian. Dan hanya akan membuat pembicara sebal karena panitia/penyelenggara acara tidak profesional.

baca juga: Berbakat di Era Revolusi 4.0

Lesson Learned

Dalam dunia profesional, nggak melulu semuanya soal uang. Ada yang namanya value. Saya sendiri mengedepankan attitude dan sopan santun dalam berkomunikasi. Sisanya bisa dibicarakan nanti.

Bukan nggak mau duit. Sampai kapanpun ya saya mau lah punya duit banyak. Tapi saya tak pernah rela menggadaikan value dan prinsip saya, demi uang.

Klise? Nggak juga. Karena rezeki saya sudah ditakar dan takkan tertukar. Jadinya ya pede saja.

Semangat ya kalian yang punya tanggung jawab untuk mencari pembicara. Semoga tips dari saya bermanfaat.

Salam dari saya, Arum Silviani. Lecturer and Founder of Antasena Edu Projects

Post Terkait:

Arum Silviani

Lecturer, Travel Blogger and Founder of Antasena Projects

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.