Cerita Perjalanan Menuju Baitullah

Cerita Perjalanan Menuju Baitullah, Sebuah Misi Melepas Rindu

Kita tidak pernah bisa memperkirakan, kapan panggilan itu datang. Ya, panggilan untuk menuju Baitullah. Tanah suci yang sebelumnya buat saya, diniatin saja belum kepikiran. Pengin sih, tapi nanti. Apalagi dalam kondisi pasca pandemi, dimana harga paket umroh melonjak tajam. Jamaah umroh pun membludak jumlahnya. Duh enggak deh kayaknya. Namun tiba-tiba, rindu itu mencuat begitu saja. Tiba-tiba rindu. Entah darimana asal muasalnya. Oleh karena itu, disini saya mau share cerita perjalanan menuju Baitullah ke teman-teman semua.

Buat kalian yang baru datang ke website ini dan ingin tahu gambaran persiapan perjalanan umroh, silakan cek postingan sebelumnya disini:

Cerita Perjalanan Menuju Baitullah: Rindu itu Berat

Awalnya rindu saja, tapi kemudian jadi rindu banget, lalu rindu, serindu-rindunya hingga tak tertahankan. Rasa rindu yang sebelumnya belum pernah saya rasakan, sehingga sulit saya ejawantahkan dengan kata-kata.

Apakah ini yang namanya panggilan?

Kalau saya mau, sejak dulu saya bisa saja berangkat umrah. Tapi ya nggak kepikiran saja gitu. Niat yang hanya dibicarakan di mulut saja, tidak di hati.

Terkadang, saya juga melihat youtube yang isinya orang sedang Thawaf mengelilingi Ka’bah.

Lalu rasa hati saya biasa saja, atau bahkan nggak minat sama sekali. Saya rasa, itu adalah ibadah yang sangat berat. Sudah mahal, capek pula. Bahkan saya sering nyeletuk, “Ngapain sih, panas-panas memilih berthawaf.”

Sungguh sedangkal itu pemahaman saya. Padahal saya rela berpanas-panas buat naik gunung.

Namun ketika melihat video serupa di pertengahan bulan Maret, mata saya berkaca-kaca. Saat sedang shalat menatap sajadah saya yang bermotif Ka’bah, dada saya pun terasa sesak. Air mata meleleh begitu saja.

Baca juga: Jika ini Ramadhan Terakhirku

Takut dengan kalimat Talbiyah

Sebelumnya, ketika saya mendengar kalimat talbiyah “Labbaik Allahumma Labbaik…Labbaika laa syarikalaka labbaik, innal hamda, wanniqmata, lakawalmulk, laasyariikalak.”

Itu tuh rasanya males aja gituuu…bahkan cenderung takut, dan nggak mau denger lagi. Penginnya saya skip, atau saya tutup telinga saya. Ada rasa belum siap.

Jujur, saya takut ke rumah Allah karena saya banyak dosa. Takutnya nanti saya dihukum di tanah suci atas dosa-dosa saya. Takutnya nanti disana saya kena azab gitu seperti yang diceritakan di youtube.

Iya, setakut itu.

Tapi kali ini, setiap dengar kalimat tersebut, saya sungguh rindu. Berat sekali rasanya, karena sungguh tidak tertahankan.

Perjalanan Menuju Baitullah
La Tahzan. Innalaha ma’ana

MasyaAllah, kini kalimat talbiyah rasanya bagai magnet yang menyedot saya. Makin kita masuk ke pusarannya, semakin kuat rasa rindunya. Bikin baper, sebaper-bapernya. Bikin kangen, tapi kangen berat sama Allah dan Rasulullah. Iya, kangeeen banget.

Sungguh ketakutan saya tidak sebanding dengan kerinduan yang saya rasakan.

Baca juga: Safari Ramadhan di Martapura

Menuju Baitullah: Takut yang tak sebanding dengan Rasa Rindu

Sebagai manusia biasa yang pernah beberapa kali punya pacar, tentu saja saya pernah dong merasa rindu sama pacar saya. Apalagi jika kami sedang berjauhan. Atau saya rindu sama sahabat saya yang tinggalnya di luar kota, pulau, atau luar negeri.

Saya juga suka kangen sama orang tua saya saat saya merantau. Tapi, rindu ini nggak ada bandingannya sama sekali. Seketika, kita menilai rindu pada urusan dunia itu receh banget.

Setiap hari, saya tidak bisa berhenti mencari tahu tentang Baitullah. Tidak ada hari tanpa saya melihat dan mendengar kabar Baitullah.

Apalagi ketika di youtube dan instagram saya tiba-tiba muncul tentang umrah, suasana di Makkah dan Madinah, MasyaAllah, saya nggak mikir panjang. Meskipun harganya benar-benar lagi mahal banget karena peak season sebelum musim haji, tapi saya nggak ada ketakutan sama sekali.

Dan anehnya, saya nggak merasa berat kalaupun harus keluar uang untuk perjalanan saya menuju Allah yang saya rindukan.

Berapapun harganya, asal masih sesuai dengan isi tabungan saya, hajar bleh.

Jujur, baru kali ini saya ngotot banget punya keinginan, yang nggak bisa ditahan sama sekali. Padahal biasanya, saya punya kontrol yang sangat bagus antara keinginan dan kebutuhan. Apalagi terhadap keinginan yang tidak murah.

Perjalanan Menuju Baitullah: Mencari Biro Travel Umrah yang Terpercaya

Setelah berniat dan merasakan rindu, mulailah saya mencari paket umrah di google.

Dari temuan saya, Paket umrah untuk saat ini rata-rata dibanderol 28-36 jutaan. Tergantung kelasnya. Bahkan kalau untuk yang plus plus, bisa mencapai 48-50juta.

Lalu, bagaimana saya bisa menyortir travel umrah yang sedemikian banyak dan variasi harga yang beraneka rupa? Apalagi saya berangkat sendirian tanpa ditemani oleh mahrom saya? Sesulit itukah mencari yang terbaik dari yang baik?

Kita lanjutkan di post berikutnya.

Arum, Lecturer and Founder of Antasena Projects.

Arum Silviani

Lecturer, Travel Blogger and Founder of Antasena Projects

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.